Judul | Radikalisme Agama |
Pengarang | Taher, Tarmizi |
Penerbitan | Jakarta : PPIM, 1998 |
Deskripsi Fisik | 127 hlm. ;21 cm. |
ISBN | 979-952-485-7 |
Subjek | Islam Radikalisme |
Abstrak | Radikalisme AgamaTidak berlebihan jika agama disebut sebagai fenomena abadi yang bersifat kompleks. Ia telah hadir sejak awal keberadaan manusia dan tetap bertahan hingga zaman sekarang. Dengan begitu seakan-akan agama tidak mengenal perubahan zaman, karena berbagai peristiwa sosial yang dialami manusia tidak sampai menghilangkan eksistensinya. Sebenarnya, upaya unfuk mempertanyakan fungsi dan makna agama berulangkali muncul akan tetapi tidak satupun dari upaya-uPaya yang ada mampu menggeser posisi agama dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat. Dalam beberapa kasus, upaya semacam itu justru berakhir dengan munculnya agama baru dalam bentuk lain. Ketika ideologi-ideologi moderen seperti Marxisme, sosialisme atau nasionalis me hadiq, beberapa kalangan merasa pesimis akan masa depan agama. Begitu pula pada saat budaya moderen yang bertumpu pada kemampuan manusia semakin merebak, tidak sedikit yang mempercayai akan datangnya masa akhir perjalanan agama. Namun demikian,sejarah membuktikan bahwa agam |
Bahasa | Indonesia |
Bentuk Karya | Bukan fiksi atau tidak didefinisikan |
Target Pembaca | Umum |
Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
001 | INLIS000000000002191 | ||
005 | 20220324093931 | ||
008 | 220324################g##########0#ind## | ||
020 | # | # | $a 979-952-485-7 |
035 | # | # | $a 0010-0621001791 |
082 | # | # | $a 297.63 |
084 | # | # | $a 297.63 TAH r |
100 | 1 | # | $a Taher, Tarmizi |
245 | 1 | # | $a Radikalisme Agama |
260 | # | # | $a Jakarta :$b PPIM,$c 1998 |
300 | # | # | $a 127 hlm. ; $c 21 cm. |
520 | # | # | $a Radikalisme AgamaTidak berlebihan jika agama disebut sebagai fenomena abadi yang bersifat kompleks. Ia telah hadir sejak awal keberadaan manusia dan tetap bertahan hingga zaman sekarang. Dengan begitu seakan-akan agama tidak mengenal perubahan zaman, karena berbagai peristiwa sosial yang dialami manusia tidak sampai menghilangkan eksistensinya. Sebenarnya, upaya unfuk mempertanyakan fungsi dan makna agama berulangkali muncul akan tetapi tidak satupun dari upaya-uPaya yang ada mampu menggeser posisi agama dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat. Dalam beberapa kasus, upaya semacam itu justru berakhir dengan munculnya agama baru dalam bentuk lain. Ketika ideologi-ideologi moderen seperti Marxisme, sosialisme atau nasionalis me hadiq, beberapa kalangan merasa pesimis akan masa depan agama. Begitu pula pada saat budaya moderen yang bertumpu pada kemampuan manusia semakin merebak, tidak sedikit yang mempercayai akan datangnya masa akhir perjalanan agama. Namun demikian,sejarah membuktikan bahwa agama tetap bertahan, sekalipun dalarn masa paska-moderen yang dikenal sebagai puncak pencapaian peradaban manusia. Adalah unik bahwa, meskipun keabadian agama sikini tidak terbantahkan, belum ada definisi yang dapat menjelaskan fenomena ini secara tuntas. Pada dasarnya telah banyak ilmuwan yang mencurahkan perhatian untuk memahami fenomena agama secara lebih mendalam. Kalangan filosof dan ilmuwan klasik seperti Ludwig Feuerbach, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, Karl Marx dan Emile Durkheim pemah secara khusus berusaha menyingkap fenomena agama. Kalau definisi yang pemah dibuat oleh ilmuwan dan kalangan awam tentang agama dikumpulkan, tidak hanya puluhan jumlahnya, tetapi ratusan atau bahkan ribuan. Meskipun demikian, hampir semua definisi yang ada tentang agama dipandang memiliki kelemahan. Hal ini dapat disebabkan oleh cakupan yang dikandungnya terbatas hanya pada penjelasan tentang tradisi agama tertentu atau oleh karena kecenderungan dalam menyajikan makna agama bersifat parsial. E.B. Taylor pemah mengajukan definisi singkat yang cukup terkenal tentang agama, yaitu "the belief in supernatural beings. " Namun rumusan Thylor ini masih di anggap terlalu sederhana dan tetap meninggalkan banyak pertanyaan. Sebab agama, menurutpara pengikutnya, tidak sekadar keyakinan yang mengnut urigtan manusia dengan sesuatu yang gaib.Agama si sebagai sumber nilai, norma dan tentu-sistem hukum. Dimensi supunatural hanyalah salah satu aspek yang mencirikan agama. Keberadaan supernatural being sendiri juga seringkali tidak mendapat tempat jika agama diartikan secara lebih longgar. Misalnya, dalam kasus ciail religion atau secular rrligionposisi yang gaib lebih bersifat sekturder atau bahkaritidak bermakna sama sekali. Kompleksitas fenomena agama akhimya dipandang sebagai penyebab ketidak mudahan membuat definisi tunggal yang memadai atas agama. dan semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. ( ID ) |
650 | # | 4 | $a Islam |
650 | # | 4 | $a Radikalisme |
990 | # | # | $a 036930 |
990 | # | # | $a 036931 |
990 | # | # | $a 036932 |
Content Unduh katalog
Karya Terkait :