02398 2200289 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001000122084001600132100003600148245014300184250000600327300005600333650001100389520154800400264003301948336002101981337003002002338002302032504002002055990001102075990001102086990001102097INLIS00000000001945120230109102926 a0010-0123000334ta230109 g 0 ind  a978-602-5586-20-0 a398.5 a398.5 SET p1 aSetyadiharja, RendraePengarang1 aPANTUN :bMengenal Pantun, Teknik Cepat Menyusun Pantun dengan Kaidahnya, Berbalasn Pantun dan Kreativitas Pantun Sebagai Seni Pertunjukan aI aviii + 138 halaman :bIlustrasi dan Grafis ;c25 Cm 4aPantun aPantun bukan hanya sekedar karya sastra yang masuk dalam katagori genre puisi lama. Pantun bukan hanya sekedar warisan budaya yang menjadi bahagian dari tradisi dan kehidupan masyarakat, terutama masyarakat rumpun melayu. Pantun adalah hujjah. Pantun sesungguhnya adalah produk sejarah dan terkadang menjadi pembuat sejarah. Banyak literatur di negeri melayu yang mencatat jejak pantun dalam perjalanan sejarah Kerajaan Melayu, termasuk kerajaan Melayu Riau. Karena itu kerja yang dilakukan oleh Rendra Setyadiharja menulis buku tentang pantun ini, bukan hanya berguna sebagai ikhtiar menyelamatkan pantun sebagai warisan budaya, tetapi juga sebuah kerja membuat sejarah. Sejarah pantun dan jejaknya di tengah kehidupan, terutama kehidupan masyarakat rumpun melayu. Shabas! (Datuk Sri Lela Budaya Rida K Liams, Penyair) Jika orang Indonesia hendak belajar pantun, buku ini berada di urutan pertama yang harus dibaca, dan jika pantun adalah agama, buku gubahan Rendra Setyadiharja ini adalah kitab sucinya. Buku ini menjadikan pantun sebagai ekspresi lisan yang mudah dipraktikkan, dipahami, dan dipelajari. (Fatih Muftih, Redaktur Budaya Tanjungpinang Pos) Pantun merupakan bahasa tutur sejak turun temurun yang dapat mencerminkan kesantunan pemadahnya, sosialisasi komunikasi pemakainya. Apa yang ditulis oleh Rendra Setyadiharja ini merupakan susur galur yang mendeskripsikan bahasa tutur kepada bahasa tulis yang dapat dijadikan sebagai penyangga tradisi bermadah di masa kini. (Tamrin Dahlan, Seniman Pantun Kota Tanjungpinang) aYogyakarta :bTextium,c2018 2rdacontentaTeks 2rdamediaaTanpa Perantara 2rdacarrieraLembar a135-138 halaman a068955 a068953 a068954