02067 2200229 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245008500097100002100182260003600203300002300239020001800262084001400280520146900294082000801763650002201771990001101793990001101804990001101815990001101826INLIS00000000000010820211217085621 a0010-0521000108211217 0 ind 1 aKolom Demi Kolom :bKumpulan Karangan Pilihan Dari Majalah Cerita Mingguan Tempo1 aDjunaidi, Mahbub aJakarta :bHaji Masagung,c1989 a202 hlm. ;c21 cm. a979-412-149-2 a808 DJU k aKolom Demi KolomSaya punya kecemburuan pada Mahbub. Bagaimana dia bisa menulis hingga orang tertawa, padahal iisinya cukup serius? Kelebihan Mahbub dalam kolom-kolomnya, yang belum tertandingi siapa pun, ialah bahwa ia bisa mengatasi mempergunakan bahasa Indonesia ddngan kecakapan seorang mime yang setingkat Marcel Marceau. Kata-kata, kalima-kalimat, ia gerakkan dalam pelbagai "perumpamaan " yang tidak pernah membosankan karena selalu tak terduga. Achdiat K. Mihardja, dalam Atheis, menunjukkan kemampuan yang serupa, tapi tak sama:-pada Mahbub ada ketangkasan yang menyatu dengan seluruh ide atau isi tulisan yang sangat terasa karena tulisan itu pendek. Dan di situlah saya kira letak mutu sebuah prosa yang baik: ide tidak membebani Baya, dan gaya tidak menyebal dari ide. Ini membawa saya kepada sebuah pikiran, tentang betapa masih diperlukannya suatu apresiasi yang lebih baik tentang tulisan yang disebut "kolom " di media massa -- khususnya dalam genre-nya yang paling sukar: humor. Karena proses "birokratisasi " itu -- dengan segala cara penyampaiannya yang penuh kata benda abstrak, dengan rumusan-rumusannya yang dipertumpul, dengan klise-klisenya dan akronim-akronimnya, pendeknya dengan segala tanda kebekuan berpikir yang ada di dalamnya -- terjadi tiap hari, tak ada jeleknya kita selalu bisa membaca tulisan Mahbub kembali setiap kali kita bosan mendengarkan "pidato pengarahan ". Buku kumpulan tulisan ini dengan demikian akan sangat berguna. a808 4aKumpulan Karangan a016035 a016571 a016037 a016036