01569 2200217 4500001002100000005001500021008004100036035002000077082001100097084001700108100002600125245005300151260004400204300002300248520102800271650001401299863000601313990001101319990001101330990001001341INLIS00000000001230420220112082827220112 g 0 ind  a0010-0721007563 a320.05 a320.05 HAR m1 aHartisekar, Markonina1 aMewaspadai Kuda Troya Komunisme Di Era Reformasi aJakarta :bPustaka Sarana Kajian,c2001 a214 hlm. ;c19 cm. aMewaspadai Kuda Troya Komunisme di Era Reformasi Sudah menjadi watak komunis untuk menghalalkan segala cara, dan daya upaya, demi mencapai tujuannya. Dalam sejarah pergerakan komunis di dunia, ketika gerakan ini merasa belum kuat, dan masih membutuhkan `teman` seperjuangan, maka orang-orang komunis akan menyebut dirinya seperti pejuang demokrasi. Padahal, terminologi komunisme tidak kenal istilah demokrasi, yang ada adalah diktator proletariat. Dalam alam demokratik liberal 1950-an, PKI memandang perlu untuk kembali duduk dalam pemerintahan, seperti masa sebelum pemberontakan Madiun 1948. Untuk itu, PKI perlu melakukan aliansi dengan partai politik besar. Saat itu hanya ada dua partai politik terbesar di Indonesia: PNI dan Masyumi. PKI memandang untuk memuluskan jalannya, yang paling mungkin adalah beraliansi dengan PNI yang kebanyakan adalah tokoh nasionalis sekuler/marhaenis. Dewasa ini PRD yang marxistis juga beraliansi derigan PDI-P yang nasionalis sekuler/marhaenis, suatu `kebetulan` sejarah yang unik ! 4aKomunisme a3 a058076 a058081 a15002